“Kekasih Terlarang”

gay

Namaku Nando, aku salah seorang PNS di sebuah kota besar di Indonesia. Dulu, aku tumbuh normal layaknya anak laki-laki, bermain bola, mendewasa sebagai pejantan dan sampai pada akhirnya aku mengenal Cecilia.  Dia pacar pertama dan terakhirku, Cecilia amat manis, baik, pintar dan sangat pengertian. Awalnya kita hanya sahabat namun lambat laun berubah menjadi perasaan suka. Setelah lulus SMA, kita jarang bertemu karena tidak satu Universitas. Aku kuliah di fakultas teknik sedangkan Cecilia kuliah di fakultas ekonomi terlebih lagi dia kuliah di luar kota jadi hanya bisa berkomunikasi lewat handpone tapi kita saling menjaga komitmen.

 10 September 2003

Aku mulai kesibukanku dengan kuliah, di kampus tak banyak mahasiswi mayoritas cowok. Karena kepribadianku yang introvet aku sulit mendapat teman namun boleh dibilang aku mahasiswa yang cukup kritis dan cerdas. Aku tidak suka keramaian pesta aku lebih suka berdiam diri untuk membaca buku. Sekali lagi tak banyak teman mau dekat denganku kecuali “Rio”. Rio mahasiswa satu kampus, dia bekerja malam hari sebagai penyiar radio. Pembawaan Rio yang supel, mengasyikan sehingga banyak teman yang mendekatinya, dari Rio pun banyak teman yang mau dekat denganku. Tak sedikit mahasiswi yang suka aku tapi ku abaikan. Tak banyak teman kampus yang tau tentang Cecilia. Rio yang selalu ada di sampingku, sampai ada yang mengatakan kita seperti sepasang kekasih. “Kekasih” apa iya terlihat begitu?? Dalam hati ku bertanya sendiri. Ada keganjilan yang kurasakan belakangan ini, rasa ku ke Cecilia kian lama kian memudar kian biasa saja. Aku semakin mengagumi Rio yang gagah, tampan, tubuhnya yang harum, pengertiannya  yang terlintas di benakku kenapa sampai sekarang belum pernah aku melihat cewek spesial yang dekat dengannya? . Oh Tuhan kenapa aku ini? Seperti ada yang lain, Aku menyayangi Rio bukan seperti sahabat tapi perasaan ini sangat dalam seperti awal aku menyayangi Cecilia. Belakangan ini aku sering memperhatikan Rio diam-diam aku bisa lihat juga dari sorot matanya yang tajam, kita berdua seperti menaruh rasa, rasa yang amat dalam, rasa yang terlarang, rasa yang tak tau kapan terungkap, terlihat konyol, tapi aku sendiripun tak tau darimana datangnya. Tiap kali ku abaikan semakin meradang pula getaran itu bersarang di sekujur tubuhku aku tertarik pada Rio, aku menyukainya.

 26 Juli 2004

Sore ini, aku mengerjakan tugas kuliah bersama di kos-an Rio.  Rio terlihat berbeda dari biasanya dia terlihat seksi, wajahnya semakin putih dan maskulin. Dia mendekat, tiba-tiba berbisik “Aku sayang kamu, Nando”. Sontak aku terkejut mendengar pernyataannya, hatiku bergetar, nadiku mendesir cepat lebih cepat dari pelari maraton. Ingin hati aku mengatakan “iya” memang inilah yang selama ini kurasakan ternyata dirasa juga olehnya. Sejak saat itu aku dan Rio menjadi sepasang kekasih, tak ada satu orang pun yang tau hubungan kami termasuk Cecilia dan keluargaku. Aku tetap berhubungan dengan Cecilia untuk menutupi hubungan spesialku dengan Rio.

 20 April 2007

Lulus kuliah aku diterima sebagai PNS dan aku menikahi Cecilia, namun tetap saja tak ada rasa yang sedalam seperti aku dengan Rio, walau kita telah dikaruniai 2 orang anak “Shena” dan “Martin”. Hubungan asmara terlarang ini semakin berlanjut tak hanya saling melempar pandang, bercumbu mesra, berciuman, lebih dari itu, hubungan layaknya suami istripun terjadi rutin berlanjut sebelum hingga sesudah aku menikahi Cecilia. Aku masih berhubungan intim dengan Rio sampai saat ini. Aku tau ini keliru, aku salah, aku ingin menghentikan asmara konyol ini tapi Rio terus merajuk dan mengancamku bila tidak menuruti birahinya maka semuanya akan dibongkar ke istri dan keluargaku. Bila itu terjadi maka hancur sudah rumah tanggaku, karirku hancur.

 5 Desember 2009

Ramai di Internet tentang maraknya penyakit HIV & AIDS. Salah satu yang terisiko adalah penyuka sesama jenis (homoseks), yang sering berhubungan anal seks. Aku mulai mencari tau tentang penyakit itu, sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang relawan HIV yang bekerja pada salah satu LSM. Aku berkonsultasi kemudian dirujuk untuk memeriksakan statusku sebelum terlambat karena perkembangan HIV siklusnya panjang dan semakin parah bila tidak segera diketahui. Akhirnya aku beranikan diri mendatangi rumah sakit untuk tes HIV (VCT). Tak selang beberapa lama keluar hasilnya. Astaga ya Tuhan, aku positif terkena penyakit nista ini. Aku menyesal sedalam-dalamnya, Aku hancur sehancur-hancurnya, Dunia seakan runtuh!! Aku malu pada dunia!! Aku malu dengan diriku sendiri!! Mengapa kau mengutukku seperti ini Tuhan?? Bagaimana harus ku katakan pada istri dan anak-anakku?? Lalu bagaimana kalau mereka ikut tertular karena kebodohanku?? Bagaimana karirku?? Bagaimana dengan orangtuaku yang selama ini membanggakanku?? Bagaimana aku bisa hidup, Tuhan?? Apa yang harus ku lakukan sekarang?? Aku belum berani jujur untuk saat ini. Tapi lambat ataupun cepat semuanya akan terbongkar. Jalan pertama, aku berbicara pada Rio tentang statusku ini. Dia pun terperanga dan ikut khawatir kalau dia juga positif. Sejak saat itu, kita mulai berhenti melakukan hubungan intim dan menjalani hidup masing-masing, tak terdengar lagi kabarnya. Entah… aku tak peduli …

 20 April 2011

Hari ini tepat 5 taun pernikahanku dengan Cecilia, nanti malam akan ada perayaan kecil.

Yah, tiba saatnya aku berani mengatakan yang sejujurnya, aku berani menanggung segala resiko terhadap apa yang telah ku perbuat di masa lalu. Sekujur tubuhku gemetar, airmataku pun jatuh tak tertahan, sambil bersimpuh layu ku katakan “Cecilia, maafkan aku”… “Shena, Martin, maafkan papamu ini”, “Ma..Pa.. maafkan Nando”. Tak ada kata lain yang terucap selain kata maaf dan maaf. Lalu dari tangan lembutnya, Cecilia menyentuh bahuku “Kenapa papa meminta maaf? Ada apa pa?”. Aku masih terdiam dengan airmata tanpa arti, bibirku masih bungkam enggan berkata. Lalu ku ungkapkan ”maafkan aku semua, aku mengecewakan kalian, selama ini aku punya hubungan spesial dengan sahabatku Rio” belum selesai ku bicara Cecilia menyela “ada apa pa? ada apa kamu dengan Rio? hubungan spesial bagaimana yang papa maksud?” sorot mata Cecilia seperti memburuku dalam beribu pertanyaan. Dengan berat hati ku teruskan dan ingin segera ku akhiri “maafkan aku, sayang, selama ini aku berhubungan intim sama Rio, kita berdua saling bercumbu seperti sepasang suami istri. Dari kuliah sampai taun 2009 berakhir karena ternyata aku positif mengidap HIV. Aku bersalah, aku terjebak dalam perasaan yang salah. Sekali lagi maafkan aku, aku rela di usir dari sini jika kalian tidak berkenan lagi”. Marah, kecewa, hina bercampur jadi satu, dingin malam merasuk ke hati tapi tak sentuh intuisiku, hambar, hanya airmata yang mendominasi malam itu. Meski berat namun lega rasanya sudah ku katakan semua.

 25 April 2011

Semua telah berubah menjadi sosok yang tak pernah ku kenal, terasa asing, tak ada lagi yang berbicara padaku kecuali “Shena dan Martin”. Kalian belum mengerti apa yang papa alami, nak.

“Papa sayang kalian..” ku berikan kecupan terakhirku untuk Shena dan Martin saat mereka tertidur pulas. Malam ini juga ku putuskan untuk menenangkan diriku singgah di desa terpencil. Dan di atas meja, ku tinggalkan secarik kertas bertuliskan “ Sayangku, Cecilia.. maafkan aku sekali lagi.. aku pergi tenangkan diri.. aku harap kamu masih bisa menerimaku.. Love you, Cecilia”. Kemudian aku pun segera pergi tak ada satu orang pun yang tau keberadaanku, ku abdikan hidupku di desa terpencil, ku bangun semangat dan harapanku disana, hidup harus tetap berlanjut.

“Cecilia maafkan aku”…

“THE END”  

by: Liliztt